11042453733340830034

Stimulus Ekonomi Dinilai Belum Cukup untuk Dorong Pertumbuhan Berkelanjutan

Ayu MPI | May 26, 2025

Foto Ilustrasi. Industri asuransi Asia mengalami disrupsi akibat kerugian ekonomi di 2024. (Pixabay/Oleg Gamulinski)
Foto Ilustrasi. Industri asuransi Asia mengalami disrupsi akibat kerugian ekonomi di 2024. (Pixabay/Oleg Gamulinski)

Jakarta – Pemerintah Indonesia berencana meluncurkan paket stimulus ekonomi pada 5 Juni 2025, dengan tujuan meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung sektor-sektor strategis seperti transportasi dan energi.

Namun, sejumlah ekonom menilai bahwa langkah ini belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Paket stimulus yang dirancang mencakup enam insentif, termasuk diskon tarif listrik sebesar 50% untuk sekitar 79,3 juta rumah tangga, bantuan pangan untuk 18,3 juta keluarga berpendapatan rendah, serta bantuan tunai bagi pekerja berpenghasilan rendah.

Baca juga: Perbaikan Tanggul di Lumajang Terkendala Cuaca, Pemprov Jatim Targetkan Rampung dalam 3 Bulan

Selain itu, pemerintah juga merencanakan diskon pada tarif transportasi udara, kereta api, dan laut selama musim liburan sekolah yang berlangsung hingga pertengahan Juli.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa stimulus ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dan mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal kedua hingga sekitar 5%.

Namun, beberapa pengamat ekonomi menilai bahwa stimulus jangka pendek seperti diskon listrik dan bantuan pangan tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Baca juga: Kementerian PUPR Dorong Penggunaan Baja Berkualitas Tinggi untuk Infrastruktur Tangguh dan Andal

Mereka menyarankan agar pemerintah fokus pada kebijakan yang bersifat fundamental, seperti stimulus fiskal untuk investasi yang dapat mendorong konsumsi dan penciptaan lapangan kerja.

Selain itu, realokasi anggaran pemerintah ke program-program prioritas dinilai tidak cukup untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun ke depan.

Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Riandy Laksono, menyatakan bahwa dampak dari refocusing anggaran cenderung minim, karena anggaran hanya digeser dari pos satu ke pos lain tanpa adanya stimulus baru.

Pemerintah diharapkan dapat merancang kebijakan ekonomi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan, dengan fokus pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas sektor-sektor strategis, untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inklusif.

Sumber: kontan.co.id

 

Posted in

17897693842308995060

Berita Lainnya

Baca Juga