11042453733340830034

Dosen Unair Ungkap Risiko Tinggi Penyebaran Nyamuk Demam Berdarah di Lingkungan Padat Penduduk

Ayu MPI | Jun 7, 2025

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk kosmopolitan yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. (pixabay)
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk kosmopolitan yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. (pixabay)

Surabaya — Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Dr. Ririh Yudhastuti, mengungkapkan bahwa lingkungan padat penduduk dengan sanitasi buruk memiliki risiko tinggi terhadap penyebaran nyamuk Aedes aegypti, vektor utama demam berdarah dengue (DBD).

Penelitian yang dilakukan di daerah endemis DBD menunjukkan bahwa kelembapan udara tinggi dan perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan menjadi faktor utama meningkatnya populasi nyamuk tersebut.

“Kelembapan udara yang tinggi, terutama di daerah padat penduduk, menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,” ujar Dr. Ririh.

Baca juga: Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia Saat Khotbah Jumat di Makassar

“Ditambah dengan perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, seperti membiarkan genangan air dan tidak menutup rapat tempat penampungan air, memperparah situasi.”

Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Wonokusumo, Surabaya, menemukan bahwa 68% rumah memiliki jentik nyamuk Aedes aegypti. Faktor-faktor seperti kelembapan udara, jenis wadah penampungan air, dan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan memiliki hubungan signifikan dengan keberadaan jentik nyamuk.

Dr. Ririh menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui pendekatan 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta langkah tambahan seperti menggunakan kelambu dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

Baca juga: Norwegia Bungkam Italia 3-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

“Tanpa partisipasi aktif masyarakat, upaya pemerintah dalam mengendalikan DBD tidak akan efektif,” tambahnya.

Selain itu, Dr. Ririh juga mengingatkan bahwa perubahan iklim, seperti peningkatan suhu dan curah hujan yang tidak teratur, turut mempengaruhi penyebaran DBD. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk Aedes aegypti, sehingga meningkatkan risiko penularan virus dengue.

Dengan meningkatnya kasus DBD di berbagai daerah, termasuk Surabaya, Dr. Ririh mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan dan aktif dalam program pencegahan DBD.

“Kesadaran dan tindakan kolektif sangat diperlukan untuk menekan angka penyebaran DBD di Indonesia,” pungkasnya.

Sumber: unair

 

Posted in

17897693842308995060

Berita Lainnya

Baca Juga