Buleleng – Suasana sore di Pantai Lovina Haven Boutique Resort, Buleleng, Minggu (8/6/2025), berubah menjadi momen penuh makna saat puluhan tukik (anak penyu) dilepaskan ke laut lepas.
Acara bertajuk Turtle Release: Love for Ocean Life – Dari Tumpek Krulut untuk Penyu dan Alam itu digelar untuk memperingati Tumpek Krulut, hari kasih sayang dalam tradisi Hindu Bali, sekaligus menjadi seruan nyata bagi pelestarian lingkungan.
Sebanyak 50 tukik jenis penyu sisik (Eretmochelys imbricata) berhasil dilepaskan berkat kolaborasi antara Mangrove Ranger, Sea Turtle Ranger Conservation Center, Dinas Pariwisata Buleleng, serta dukungan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng, Lovina Haven Boutique Resort, dan Komite Donor Darah Indonesia.
Baca juga: Kembangkan Pamter PSHT, Lumajang Bangun Ketahanan Sosial Berbasis Warga
Sponsor seperti Bank Central Asia, Bali Gas Sejahtera, Wonder Tree, dan Lanakha Spa & Nails turut menguatkan aksi itu.
Acara dibuka dengan tarian penyambutan dari seniman lokal Lovina, diikuti edukasi singkat tentang pentingnya menjaga populasi penyu dan ekosistem pantai.
Pelepasan tukik menjadi puncak kegiatan, melibatkan undangan dan tamu hotel sebagai simbol partisipasi kolektif.
Relawan Sahabat Mangrove Ranger, I Made Mayun Maha Diputra, menekankan bahwa kegiatan itu bukan sekadar ritual.
Baca juga: Dedikasi Petugas Kesehatan Antar Jemaah Sakit Tetap Bisa Wukuf
“Ini bentuk kasih sayang manusia kepada alam. Tukik-tukik ini hasil penetasan telur yang diselamatkan dari predator seperti anjing dan kadal. Tahun ini, kami menargetkan 5.000 telur bisa menetas,” kata Mayun.
Telur-telur tersebut dikonservasi di Pantai Korobokan, salah satu dari lima lokasi konservasi penyu di Buleleng bersama Pemuteran, Sumberkima, dan Penimbangan.
Dari sisi pariwisata, Lovina Haven Boutique Resort mengintegrasikan acara ini dengan visi Eco Village mereka.
Director of Sales & Marketing Lovina Haven Boutique Resort, BagusWijaya, mengatakan komitmennya dalam pengembangan pariwisata.
“Kami ingin tamu tak hanya menikmati keindahan Lovina, tapi juga belajar tentang budaya dan konservasi. Kolaborasi dengan komunitas seperti Tutor Ranjur Community hingga Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) adalah kunci pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali Utara,” katanya.
Potensi kawasan Kaliasem-Lovina sebagai area konservasi baru juga mulai digarap dengan pendekatan edukatif, termasuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
“Kita tak perlu meniru Bali Selatan. Keunikan alam dan budaya lokal adalah modal utama,”* ujar Bagus.
Sumber: infopublik.id
Posted in Pariwisata