Jakarta – Indonesia, yang kaya komoditas seperti nikel, tembaga, bauksit, dan batu bara, selama ini mengandalkan ekspor bahan mentah sebagai sumber pendapatan.
Namun, pemerintah kini fokus mengembangkan hilirisasi—pengolahan bahan mentah di dalam negeri—untuk meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Pada 2023, sektor tambang menyumbang Rp300,3 triliun dalam penerimaan negara, namun nilai tambahnya masih terbatas.
Baca juga: Kembangkan Pamter PSHT, Lumajang Bangun Ketahanan Sosial Berbasis Warga
Oleh karena itu, pembangunan smelter dan fasilitas pengolahan seperti yang dilakukan PT Freeport Indonesia dan proyek gasifikasi batu bara PT Bumi Resources diharapkan mampu mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi, sekaligus mengurangi ketergantungan ekspor mentah.
Hilirisasi juga didukung dengan insentif investasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan penerapan teknologi ramah lingkungan (green mining).
Pemerintah menargetkan proyek hilirisasi senilai hampir USD45 miliar akan dimulai pada Juni 2025, termasuk ekosistem baterai kendaraan listrik hasil kerja sama BUMN dengan CATL.
Baca juga: TKA Resmi Ditetapkan, Jadi Instrumen Baru Penjaminan Mutu Pendidikan Nasional
Upaya ini diharapkan tidak hanya menambah nilai ekonomi, tetapi juga menyerap tenaga kerja dan memperkuat industri manufaktur dalam negeri.
Data Kementerian ESDM menunjukkan sektor tambang telah menyerap lebih dari 308 ribu tenaga kerja Indonesia dan terus meningkat seiring investasi di bidang ini.
Sumber: infopublik.id
Posted in Ekonomi