11042453733340830034

Kearifan Lokal dan Spirit Toleransi Terpancar dalam Tradisi Undhuh-undhuh Desa Tunjungrejo Lumajang

Ayu MPI | May 19, 2025

Dok. Yon's
Dok. Yon's

Lumajang — Pagi yang cerah di Desa Tunjungrejo, Kecamatan Yosowilangun, menjadi saksi tradisi Undhuh-undhuh, tasyakuran masa panen yang digelar dua kali setahun.

Acara ini tidak hanya ritual syukur, tetapi juga cermin kearifan lokal yang menguatkan hubungan manusia dengan alam dan sesama.

Ratusan warga dari 26 Kelompok Rukun Warga (KRW) mengarak hasil panen dalam anyaman bambu dan daun pisang menuju Gereja GKJW Tunjungrejo.

Baca juga: Babinsa Sumenep Latih Pramuka Teknik Turun Tebing, Bentuk Generasi Tangguh dan Mandiri

Setiap keranjang menjadi simbol rasa syukur sekaligus kerja keras masyarakat yang menghargai alam sebagai sumber kehidupan.

Suasana penuh khidmat diperkuat dengan lantunan kidung dan doa berbahasa Jawa, menegaskan akar budaya sekaligus membangun rasa kebersamaan.

Tradisi ini menjadi ruang dialog antar generasi dan komunitas, menegaskan nilai toleransi yang hidup berdampingan di desa tersebut.

Baca juga: Burung Hantu Tyto alba, Solusi Ramah Lingkungan Atasi Hama Tikus di Sawah

Pdt. Sutrijo dalam khotbahnya mengingatkan bahwa manusia adalah pengelola bumi yang harus menjaga dan merawatnya dengan rasa hormat.

“Pesan ini menguatkan kesadaran kolektif untuk melestarikan alam sekaligus menjaga harmoni sosial,” ujarnya.

Selain ritual keagamaan, Undhuh-undhuh juga menjadi perayaan gotong royong dan solidaritas. Setelah ibadah, warga menggelar bazar yang menjual hasil bumi, memperkuat ekonomi komunitas dan menjaga kehangatan hubungan sosial.

Baca juga: Kardinal Suharyo: Alangkah Hebatnya Jika Pemimpin Kita Dipilih Seperti Paus

Keberagaman hadir nyata melalui kehadiran tokoh lintas agama, pondok pesantren, aparat keamanan, dan pemerintah desa yang bersama-sama merayakan tradisi ini.

Hal ini menandakan bahwa toleransi dan saling menghargai menjadi pondasi kuat kehidupan masyarakat Tunjungrejo.

Paiman, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Lumajang, mengapresiasi semangat warga dan berharap Undhuh-undhuh menjadi identitas budaya yang mengangkat Lumajang sebagai destinasi wisata yang menghormati kearifan lokal dan keberagaman.

Baca juga: Kelas Antariksa di Alun-alun Lumajang, Komunitas Astronomi Ajak Warga Kenali Tata Surya

“Kita harus menjaga tradisi ini agar anak cucu kita tidak kehilangan akar budaya dan nilai-nilai toleransi yang telah lama terpatri,” katanya.

Warga seperti Sari, ibu rumah tangga setempat, mengatakan bahwa Undhuh-undhuh mengajarkan rasa syukur dan menghormati perbedaan. “Di sini kami belajar untuk saling menghargai dan bekerja bersama, tanpa memandang perbedaan,” ujarnya.

Acara diakhiri dengan pelepasan burung merpati sebagai simbol perdamaian dan harapan masyarakat untuk hidup harmonis dan menjaga bumi sebagai titipan generasi mendatang.

Baca juga: Israel Luncurkan Serangan Darat Besar-Besaran ke Gaza, Korban Sipil Terus Bertambah

Ketua Panitia, Darmo Swasono, menegaskan bahwa meskipun sederhana, Undhuh-undhuh mengandung nilai besar tentang syukur, kerja keras, dan toleransi antar sesama.

Dukungan para penatua, diaken gereja, tokoh agama lain, serta aparat desa menjadi contoh nyata hidup berdampingan dengan damai.

Tradisi Undhuh-undhuh bukan hanya milik komunitas GKJW Tunjungrejo, tetapi milik seluruh masyarakat Lumajang yang berkomitmen melestarikan warisan leluhur.

Di tengah arus modernisasi, tradisi ini mengingatkan pentingnya hidup selaras dengan alam dan sesama sebagai kunci kebahagiaan dan keberlanjutan bangsa.

Editor: Ayu

Sumber: Portal Berita Lumajang

 

Posted in

17897693842308995060

Berita Lainnya

Baca Juga