LUMAJANG – Di tengah hiruk pikuk keramaian, seorang pria tua terlihat tekun mengayunkan gunting dan sisir di bawah tenda sederhana. Ia adalah Pak Sandi (Joesandi), tukang cukur yang telah lebih dari tiga dekade mengabdi menata rambut warga di kawasan Pasar Klakah Lumajang tepatnya depan Stasiun Klakah.
Baca juga: Hampir 900 Kilogram Sapi Kurban Presiden Diserahkan ke Masjid Agung Anas Machfudz Lumajang
Dengan hanya bermodalkan cermin, kursi kayu, dan peralatan cukur sederhana, Pak Slamet membuka jasanya setiap hari dari pukul 07.00 hingga 17.00. Meski digempur oleh barbershop modern, ia tetap dipercaya pelanggannya, bahkan beberapa di antaranya merupakan pelanggan sejak kecil.
“Saya mulai cukur tahun 2013. Dulu tarifnya tiga ribu rupiah. Sekarang jadi sepuluh ribu rupiah. Tapi saya tetap jaga kualitas, biar pelanggan puas,” ujarnya sambil tersenyum, Selasa (27/5/2025).
Baca juga: LSM LBSI Dampingi Warga Pandanwangi, Soroti Ketidaktransparanan PNM Cabang Jember
Selain menata rambut, Pak sandi juga menjadi saksi hidup perubahan zaman. Ia menyaksikan bagaimana anak-anak kecil yang dulu dicukurnya kini membawa anak mereka sendiri ke tempatnya.
Meski cuaca sering tidak bersahabat dan pendapatan tak menentu, ia mengaku bersyukur bisa menghidupi keluarganya dari profesi ini.
“Selama masih ada yang percaya sama saya, saya akan terus mencukur. Ini bukan cuma pekerjaan, tapi juga bagian dari hidup saya,” pungkasnya. ADM-SOF
Posted in Berita Daerah, Ekonomi