LUMAJANG – Warga Kecamatan Klakah dan sekitarnya dilanda keresahan mendalam. Sejak Sabtu (10/5/2025), rangkaian pencurian sepeda motor mengguncang wilayah ini.
Hal yang lebih mengkhawatirkan, aparat keamanan dianggap lamban dan tidak memberikan kepastian yang jelas.
Informasi dari grup WhatsApp Info Warga Klakah (IWK) mencatat bahwa dalam kurun waktu dua hari, sebanyak enam sepeda motor dilaporkan hilang. Lokasi kejadian menyebar dari area publik hingga lingkungan sekolah.
Baca juga: Midtjylland Tundukkan Brøndby 2-1, Perebutan Gelar Liga Super Denmark Semakin Sengit
Kejadian pertama terjadi di Desa Mlawang pada 10 Mei sekitar pukul 11.00 WIB, satu unit motor hilang di depan Warkop Cak Rohim.
Kemudian, di depan SMKN Klakah, Desa Kebonan, pada hari yang sama pukul 14.00 WIB, sebuah motor Beat lenyap, terekam oleh kamera pengawas.
Peristiwa berikutnya terjadi di Bok Panjang arah Tempursari, pada malam hari pukul 20.30 WIB, satu motor Scoopy dicuri di depan bengkel.
Baca juga: Menjaga Nyala Kebangkitan di Tengah Arus Zaman
Lalu, di Desa Tegal Ciut pada dini hari 11 Mei, dua unit motor, Supra 125 dan Vega, dicuri di depan SDN Tegal Ciut 01.
Terakhir, masih pada malam yang sama di Desa Sumberwringin, satu sepeda motor Revo menjadi korban pencurian.
Yang menjadi sorotan, di tengah sejumlah laporan warga, pihak kepolisian belum menunjukkan tanggapan yang berarti. Sampai berita ini disusun, Kasat Reskrim Polres Lumajang, AKP Pras Adinata, belum memberikan keterangan resmi terkait penanganan kasus tersebut.
Baca juga: TNI-Polri dan Tim Sar Gabungan Lakukan Pencarian Korban Terseret Arus Sungai Bondoyudo
Achmad Nurhuda, Ketua Aliansi Penegak Demokrasi dan Keadilan Rakyat (Pendekar) Kabupaten Lumajang, dalam pernyataannya kepada media ini, Selasa (20/5/2025), menyebut bahwa kepolisian terlalu mengandalkan rekaman CCTV. “Padahal pelaku sekarang lebih cerdas, mereka tahu bagaimana menghindari kamera,” katanya.
Sejak diberlakukannya tilang elektronik, kehadiran polisi di lapangan disebut semakin jarang terlihat. Banyak pos penjagaan kosong, patroli malam sangat minim, dan penjagaan di titik-titik rawan hampir tidak terasa.
“Kami merasa ditinggalkan. Masyarakat kini takut beraktivitas malam hari, bahkan memarkir motor di halaman rumah pun terasa tidak aman,” tutur tokoh pemuda Desa Kebonan, Suwarto.
Baca juga: Sinergi TNI-Polri dan Warga Bersihkan Material Longsor di Tempursari
Lebih jauh, muncul dugaan bahwa motif pencurian ini tidak hanya karena kebutuhan ekonomi, tetapi juga karena adanya sikap arogansi sosial dari pelaku yang merasa berhak atas barang hasil curian, seolah-olah pencurian itu hak mereka.
Desakan dari masyarakat semakin kuat. Rasa kecewa warga terus memuncak. Mereka menuntut patroli malam yang lebih intensif di kawasan rawan, pengaktifan kembali pos-pos jaga dan petugas ronda, serta penyelidikan menyeluruh terhadap motif pelaku.
“Ini bukan hanya masalah pencurian, tapi juga pelecehan terhadap rasa aman kami. Kami ingin tindakan nyata, bukan hanya janji atau sekadar mengandalkan CCTV,” tandas Suwarto.
Posted in Berita Daerah, Hukum & Kriminal