Moskow – Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak pemerintah Israel untuk segera membebaskan enam warga negara Prancis yang ditahan di atas kapal bantuan kemanusiaan “Madleen” saat berlayar menuju Jalur Gaza. Kapal tersebut dihentikan oleh militer Israel di perairan internasional pada Senin (9/6).
Dalam pernyataan resminya, Istana Élysée menyampaikan bahwa Macron “menuntut pemulangan enam warga negara Prancis kami dilaksanakan sesegera mungkin.”
Selain itu, pemerintah Prancis melalui Menteri Luar Negeri Jean-Noël Barrot juga telah meminta akses konsuler guna memfasilitasi proses pemulangan para warganya.
Baca juga: PUPR Siapkan Pembangunan Tanggul Tahap 7 untuk Atasi Penurunan Tanah di Jakarta
Kapal “Madleen” dioperasikan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC), sebuah organisasi internasional yang bertujuan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Kapal ini mengangkut 12 awak kapal serta sejumlah aktivis internasional, di antaranya anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina, Rima Hassan, dan aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.
Greta Thunberg, melalui unggahan di media sosialnya, mengklaim bahwa penahanan kapal tersebut merupakan bentuk penculikan ilegal oleh militer Israel. Menurut Thunberg, kapal ditangkap secara paksa di perairan internasional tanpa alasan hukum yang jelas.
Baca juga: Adira Finance dan Mandala Finance Siap Merger, Tunggu Restu OJK dan PT Pos Indonesia
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa kapal “Madleen” sedang diarahkan ke pelabuhan di wilayah Israel dan semua penumpang asing dalam proses pemulangan ke negara asal masing-masing. Otoritas Israel belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai alasan penahanan tersebut.
Freedom Flotilla Coalition sebelumnya menyampaikan bahwa misi mereka membawa sejumlah bantuan penting ke Gaza, seperti susu formula, beras, popok bayi, peralatan medis, serta alat prostetik untuk anak-anak korban perang.
Mereka bertekad menerobos blokade laut Israel demi menyampaikan bantuan kepada warga Gaza yang terdampak krisis kemanusiaan akibat konflik berkepanjangan.
Baca juga: Lima Pemain Andalan Absen Lawan China, Kini Siap Perkuat Timnas Indonesia Hadapi Jepang
Selain insiden “Madleen”, FFC juga melaporkan bahwa salah satu kapal mereka lainnya, “Conscience”, sebelumnya mengalami kerusakan akibat serangan drone di perairan dekat Malta. Insiden ini menimbulkan kekhawatiran atas keselamatan misi-misi kemanusiaan serupa di kawasan tersebut.
Situasi ini memicu perhatian internasional, terutama dari organisasi kemanusiaan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyerukan agar akses bantuan ke Gaza tidak dibatasi oleh blokade maritim.
Macron pun menegaskan komitmen pemerintah Prancis dalam melindungi warganya serta memastikan hak atas bantuan kemanusiaan di zona konflik tetap dihormati.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Prancis masih berkoordinasi dengan otoritas Israel guna mengatur proses pemulangan enam warganya tersebut.
Sumber: antaranews
Posted in Internasional