Lumajang – Menyambut pergantian tahun Hijriah, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa akhir tahun dan doa awal tahun sebagai bentuk introspeksi diri dan harapan akan kebaikan di masa mendatang.
Tradisi ini telah lama menjadi bagian dari amalan umat Islam, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), sebagai cara menyambut tahun baru dengan nuansa religius dan penuh makna.
Pembacaan doa akhir tahun dilakukan sebelum masuk waktu Maghrib pada hari terakhir bulan Dzulhijjah.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Lumajang: Hujan Lokal, Waspadai Perubahan Mendadak
Sementara itu, doa awal tahun dibaca setelah salat Maghrib pada malam 1 Muharram. Kedua doa ini biasanya dibaca sebanyak tiga kali.
Menurut ulama klasik, seperti dalam kitab Maslakul Akhyar karya Habib Utsman bin Yahya, doa akhir dan awal tahun merupakan bagian dari amalan yang dianjurkan.
Kendati tidak termasuk ibadah yang wajib atau sunnah muakkad, amalan ini tetap memiliki nilai spiritual yang besar karena mengandung permohonan ampun, harapan perbaikan diri, dan perlindungan dari godaan setan di tahun yang baru.
Baca juga: PWRI Jadi Tempat Lanjutkan Pengabdian di Masa Purnatugas
Berikut adalah teks doa akhir tahun yang dibaca sebelum Maghrib:
Doa Akhir Tahun (sebelum Maghrib 30 Dzulhijjah):
اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.
Artinya: “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Baca juga: Solidaritas Sosial, Pilar Tersembunyi Pembangunan Daerah
Doa Awal Tahun (setelah Maghrib 1 Muharram):
اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.
Artinya: “Tuhanku, Kau Yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”
Baca juga: Bupati Fawait Lepas 252 Kontingen Jember dan Siapkan Bonus Besar Untuk yang Berprestasi
Dengan membudayakan tradisi pembacaan doa akhir dan awal tahun, umat Islam diajak untuk menyambut pergantian tahun bukan dengan hura-hura, melainkan dengan ketenangan, perenungan, dan semangat memperbaiki diri.
Momentum ini menjadi sarana untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, serta memperkokoh komitmen dalam menjalani kehidupan yang lebih baik di tahun yang akan datang.
Sumber: NU